[STORY] When Angels doesn't have a wing

Eki Rachmawan (Eki)
Penghuni kost nomer #201, orangnya pinter tapi nyeleneh. Hobinya cuma pake kaos dalem + boxer motif bunga bunga warna ungu kalau di kost. Sering dimintai tolong oleh Andi untuk mengerjakan tugas

Kempung
Nama aslinya tidak diketahui secara pasti, tapi yang jelas orang ini sangat gemuk. Kempung setiap hari kerjanya hanya makan dan main game, tapi dia orangnya cinta kebersihan. Tiap pagi selalu menyapu halaman dan ngepel, mungkin bentuk dari acara pembakaran kalorinya.

Sita Nur’aini (Sita)
Mantan pacarnya karakter “Aku”. Orangnya agak sedikit susah diatur, tapi dia pengertian. Sering memberi nasehat kepada siapa saja yang membutuhkan, kadang juga membantu secara materi kalau dia baru punya rejeki lebih.

Tania Hikmawati (Nia)
Penghuni kost “Omah Ijo” juga, kebetulan juga sebagai juru masak di kost. Kalau masak enak dan banyak, soalnya yang makan orang 1 kost (walau jumlahnya cuma 7 orang di kost itu). Orang ini mengingatkan Andi tengan Ari.

Andi Kurniawan (Andi)
Andi versi dewasa ini sekarang udah gak segila dulu lagi, cenderung sedikit pendiam sekarang. Mungkin karena dia masih shock semenjak ayahnya meninggal karena kecelakaan kerja. Untuk kesibukan dia membuat sebuah band indie bersama beberapa orang temannya.

Rizky Anggra Wularsih (Rizky)
Salah satu karakter lama di cerita sebelah ...
Entah emang jodoh apa bukan, Rizky masih saja barengan dengan Andi.
Sejak TK ampe kuliah bareng terus, 1 kost lagi.
Saat ini Rizky hanya membawa 1 kucingnya, yang jenis Persia bernama Eva

Ratu Rianika Rachmi (Nika)
Orang yang namanya maksa banget, Triple R (kalo Twin R Ninja dong ... )
Sedikit agak aneh karena suka mengulang kata kata yang barusan di ucapkan.
Mungkin karena saking banyaknya R di namanya, ampe orangnya gak bisa ngomong R!

Dalam cerita ini, akan hadir banyak karakter baru. Tentunya dengan aksi yang gak kalah gokil dan edannya dengan jaman SMP.
Dan yang spesial adalah pengadaan karakter “Aku”. Dengan arti cerita kali ini mengambil sudut pandang orang pertama.
Sedang Andi dan kawan kawan akan sebagai karakter pelengkap.

Setting cerita sebagian besar akan bertempat di sebuah rumah Kost bernama “Omah Ijo” karena rumah kostnya sendiri memang berwarna hijau.
Kostnya sendiri terdiri dari 2 tingkat, agak sedikit kecil sih. Anehnya kostnya ini dicampur! Jadi laki laki dan perempuan jadi satu! Tapi yang laki laki di lantai 2 terus yang perempuan di lantai 1.
Tapi tidak pernah terjadi aksi intip mengintip, penyusupan dan lain lain diantara kedua blok tersebut.

Ada 2 karater lama yang tinggal disitu, diantaranya adalah Andi dan Rizky. Sisanya tersebar dimana mana.
Disini, karakter “Aku” mempunyai beberapa teman. Bisa dilihat di bagian Character Introduction...

Langitnya cerah tanpa awan sama sekali, dalam arti saat ini suhunya sangat panas! Entah karena jarak bumi semakin dekat ke matahari atau karena matahari sudah buka cabang dimana mana, yang jelas sekarang udah panas sekali!
Gw cuma bisa lepas baju dalam kondisi seperti ini, mengingat disini gak ada kamar yang pake AC.
Dan teman teman kost yang cowok rata rata juga melakukan hal yang sama, entah apa yang dilakukan oleh penghuni lantai 1.
Gw cuma bisa duduk duduk berdua sama Eki di teras utama lantai atas yang menghadap langsung ke hamparan sawah di samping kost.

“aje gile panasnya! Ini nyeplok telor di genteng aku jamin mateng pasti” keluh Eki.
“mau gimana lagi? Emang sekarang lagi baru panas panasnya” ucapku sambil kipas kipas dengan koran edisi sebulan yang lalu.
“si kempung dimana? Seharian gak liat aku” tanya Eki sambil celingak celinguk.
“tadi sih pamit ke Shelter game net gitu... paling ngadem disono tu bocah” jawabku sambil meminum air dalam gelas.
“buset... aernya aja ampe anget gini” ucapku.

Lalu datanglah Andi dengan kaos yang sudah basah oleh keringat.

“Dari mana ndi? Kok basah gitu?” tanya Eki.
“tadinya sih mau nyari es di burjoan sana, malah tutup” jawab Andi.
“oi Sukma! Si Rizky nyariin lu tuh dibawah, penting katanya! Jangan lupa pake kaos” ucap Andi langsung ngeloyor menuju kamarnya.

Dan gw pun langsung memakai kaosku dan turun ke bawah ...

“tadi si Sita nitip ini ke aku, tadinya sih aku suruh ketemu langsung ke kamu. Tapi dianya gak mau” ucap Rizky, dia membawa sebuah kalung yang aku kenal.
“oh, ini?” Rizky memberikan kalung ini.
“aku tahu kamu masih sayang sama dia, tapi kamu terlalu sibuk sama kerjaan sambilan kamu sih! Jadi dia merasa tersingkirkan” jelas Rizky.
“tapi hasil kerja aku kan juga buat modal aku jalan sama dia kan?” kilahku.
“iya aku tau! Kerjaan jadi OP game net itu gak bisa disambi buat pacaran kan?” gw cuma terdiam mendengar ucapan Rizky, memang gw putus sama Sita karena gw terlalu mikirin kerjaan sambilan gw dari pada dia.
“gw mau balik ke dalem, kalo ada apa apa pake aja interkomnya” Rizky ngeloyor masuk ke dalam kostnya.

Gw cuma bisa memandangi kalung yang gw kasih ke Sita waktu pertama kali jadian 1,5 tahun yang lalu, kalung itu gw pake dan gw kembali ke teras atas.

Eternal Game Net, jam 18.00

Shift jaga gw di game net udah berjalan sejak 2 jam yang lalu, untung hari ini cukup sepi jadi gw bisa agak nyantai. Walau udah sore, tapi hawa panasnya masih terasa. AC sebanyak 4 biji di net ini gw nyalain semua dengan suhu paling rendah, tapi itu belum banyak membantu mengurangi suhu ruangan ini.

Hari itu entah mood main game gw berasa ilang sama sekali, gw cuma memandangi program billing game net ini. Lalu seseorang datang dan membuatku kaget.
“woi! Kerja, malah bengong aje lu” ternyata Yudha, pelanggan setia game net ini.
“oh, kamu yudh! Iya nih, baru agak agak GJ nih aku” jawabku.
“pre paid biasanya!” Yudha memberikan selembar uang 10rb an, aku menjalankan program pra paid generator dan memberikannya kepada Yudha.

*peep peep peep* Handphone gw berbunyi, tanda ada pesan masuk.

“udah terima kalung yang aku kembalikan” ternyata Sita yang mengirim SMS itu.
“udah... kok gak kamu sendiri yang ngasih?” balasku, beberapa menit kemudian...
“aku tadi keburu... disini masih ada beberapa barangmu, mau diambil setelah shift mu habis?” aku berpikir sejenak...
“ya, shiftku lebih cepat hari ini! Jam 8 aku ke kostmu” jawabku.
“ok” balasnya beberapa saat kemudian.

Jam 8 tepat aku sudah berada di depan kost mantan pacarku, ternyata dia sudah menungguku di depan pintu gerbang.
“ini sudah semuanya” ucapnya sambil menyerahkan sebuah tas dari kertas, akupun memeriksa isinya.
“oh... kamu bisa menyimpan yang ini kalau kamu mau” aku memberikan jam meja bergambar keroro.
“terima kasih” balasnya pendek.
“udah makan?” dia menggeleng.
“mau makan di tempat biasanya?” dia mengangguk.
“aku kedalam ngambil motor dulu” ucapnya langsung ngeloyor menuju garasi.

20 menit kemudian ...

Rasanya antara aku dan Sita seperti tidak pernah terjadi apa apa, dalam arti kami sekarang hanya seperti teman biasa. Biasanya sih, kalo orang habis putus itu musuhan terus gimana gitu. Tapi kayaknya itu gak terjadi sama gw dan Sita, rasanya seperti kami tidak pernah berpacaran sebelumnya.

Gw duduk dihadapan dia, di meja yang paling ujung dekat balkon. Dia bersikap seperti biasanya, tidak terjadi perubahan sama sekali.
“kamu gak nyesal putus sama aku?” tanyaku iseng.
“nggak? Kalo kamu?” dia balik bertanya.
“nggak juga... mau balikan lagi nggak?” dia menggeleng sambil tersenyum.
“lho kok malah senyum?”
“ya... emang baru agak agak GJ aku hari ini! Tapi, maaf banget aku gak bisa balikan sama kamu” jelasnya.
“oh, gitu... aku ngerti kok” ucapku.

Dan setelah selesai makan, aku akan membayar semua makanan yang dipesan. Tapi Sita menolak kalau aku yang bayar, akhirnya kami semua membayar sendiri sendiri.

Di parkiran rumah makan tersebut...
“makasih ya udah ngajak makan” ucapnya ketika naik ke atas motornya.
“makasih apanya? Kan kamu juga bayar sendiri kan” ucapku.
“ya... makasih aja gitu” jawabnya lagi.
“ya, terserah lah... aku gak tau ternyata ada cara putus seperti ini” gumanku.
“aku juga nggak nyangka bisa seperti ini ceritanya” timpal Sita.
“kayaknya yang nulis cerita juga ikut ikutan GJ nih” ucapku sambil sedikit nyengir.
“hahaha,,, aku pulang dulu ya? udah jam 9.30 nih” Sita menyalakan motornya.
“hati hati dijalan” aku melambaikan tanganku, motor itu perlahan menghilang dari pandanganku.

Yeah,,, kisah pembuka yang aneh...

“Lho masih sepi?” ucapku ketika masuk ke lobby sebuah rentalan studio band.
“anggota band kamu belom pada dateng” ucap Rizal, penjaga front desk.
“perasaan tadi si Rizky udah berangkat duluan deh, kok malah belom dateng?” aku mengeluarkan dompetku dan mengambil kuitansi yang ada di dalamnya.

*Cring* bel yang biasa berbunyi ketika pintu dibuka, tapi aku tidak melihat siapa yang datang.

“oh, kamu udah dateng toh” ucap seseorang, suaranya sangat familiar.
“oh, hei!” balasku sambil melambaikan tangan.
dan yang datang ternyata adalah Wina, bassist band gw.
“mana yang lain?” tanya Wina.
“gak tau nih... belom pada nongol”
“mmm... gitu” jawab dia singkat, lalu dia duduk di kursi panjang yang ada di lobby ini.

Wina ini memang agak pendiam, jarang ngomong sama orang lain. orangnya juga nurut banget, gak pernah protes atau semacamnya. Entah dari mana si Rizky bisa ngerekrut orang ini jadi bassist band gw, tapi permainan bassnya bagus kok. Orangnya kidal, alias sebagian besar aktifitasnya pake tangan kiri. Gw pernah mikir, jangan jangan dia ceboknya pake tangan kanan! Kan kebalikannya???

Mendadak suasananya hening, si Rizal menghilang dari front desk. Wina cuma dieeeeem aja gak ada suaranya, memandangi poster Ernesto “Che” Guevara yang dipajang dibelakang front desk.
Pernah suatu hari gw tanya sama Rizal, kenapa dibelakang front desk dipajang gambar Che Guevara. Kan agak agak sedikit gak nyambung, Studio musik ada gambarnya Che Guevara. Tapi Rizal cuma jawab gini ...

“ntar kalo yang dipasang posternya Miyabi, ntar malah dikira studio mesum?” jawabnya.

Kembali ke topic, dan gw gak suka sama yang namanya suasana yang hening begini. Apalagi kalo malem malem, tambah gak suka gw. Dengan memberanikan diri, akhirnya gw mendekati Wina dengan maksud mengajak ngobrol. Walau paling ntar dia jawabnya singkat singkat, jadi gw harus mikir pertanyaan yang jawabannya pasti panjang... misalnya, cara membuat anak gitu

“win...” dia merespon gw dengan hanya menoleh ke arah gw.
“kalo boleh tau, kamu dulu direkrut sama Rizky gimana caranya? Maksudnya ...” tapi tampaknya dia udah ngerti maksudnya, wong perkataan gw langsung dipotong.
“dulu aku tetangganya si Rizky, waktu rumahnya masih di sini. Kan sekarang ortunya di Bandung? tapi Rizky bersikeras kuliah disini... makanya dia ngekost bareng Andi kan?” jawabnya.
“oh, gitu” malah jadi aku yang ngomong singkat banget.

*Cring* bel pintu kembali berbunyi... kali ini munculah Rizky dan Congki.
“lho? Udah pada dateng toh? Langsung masuk aja yuk?” ajak Rizky.

Inilah Band gw...
Ada Rizky yang sekarang jadi vokalis, dulunya dia drummer. Entah kenapa dia jadi alih professi gitu.
Terus Wina, bassist gw yang diam diam menghanyutkan.
Congki, Gitaris band gw. Orangnya gak bisa melek soalnya sipit.
Dan gw yang menjadi drummer.
Band gw gak punya lagu sendiri, masih meng-cover lagu lagu band lain.

Latihan kali ini berlangsung semala 1 shift, atau 2 jam. Sekitar 8 lagu dimainkan sama band gw, dan semuanya cukup lancar lah. Tak terasa udah hampir 2 jam, kami bersiap siap untuk meninggalkan studio...

“udah pada makan belom nih?” tanya Congki sambil membereskan gitarnya.
“emang kenapa? Mau bayarin?” tanya Rizky balik.
“enak aja! Cuma nanya juga” kilah Congki.
“3 minggu lagi ...” guman Wina.
“apanya yang 3 minggu?” tanya Rizky.
“ini!” Wina menunjuk sebuah poster di papan pengumuman

Isi poster tersebut adalah lomba band yang diselenggarakan salah satu provider internet lokal, hadiahnya lumayan. Kalau buat bayar kost bisa untuk 3 bulan ...

“membawakan 2 lagu, satu lagu memilih salah satu dari pilihan dibawah. Sedangkan satunya lagi lagu bebas” ucap Congki sambil membaca.
“lagu yang dipilih lumayan gampang semua” timpalku.
“gimana kalau kita ikutan? Iseng iseng aja” celetuk Rizky.
“boleh juga... registrasinya baru mulai senin depan”
“aku duluan ya? mau ngangkat cucian!” ucapku sambil menyambar helm.

Eternal Game Net, jam 19.41

Sebenarnya sekarang aku tidak ada shift jaga, cuma karena kebetulan lagi kosong dan kost an juga sepi. Kuputuskan buat liat liat net aja, kali aja ada IGO nyasar disitu *ngarep
Kebetulan sekarang yang tugas adalah Lina, yang mukanya mirip (jempol kakinya) Nikita Willy. Aneh juga sebenernya OP game net kok cewek lumayan bening, adanya juga malah pada gak konsen sama gamenya gara gara ngeliatin dia terus.

“Lin, gimana? Udah ada perusahaan yang nerima kamu?” tanyaku sambil ngubek ubek laptop, baru ngerjain tugas.
“belom! Kemaren ada yang nawarin kerja di tempat basah! Tapi aku tolak” jawabnya sambil makan rempeyek kacang kedelai.
“lho? Tempat basah kan duitnya banyak?” ucapku setengah kaget, ampe salah ketik.
“banyak duitnya nenek lo apa! Wong nguras kolam renang IKIP kok!” jelasnya sewot.
“pantes!” ucapku makhlum.

Tiba tiba masuk ibu ibu yang umurnya sekitar 40 tahunan bawa sapu lidi. Awalnya aku pikir ini tukang sapu jalan yang mampir mau maen DOTA, ternyata ...
“dek! Liat anak kecil pake baju item gambar miki mos gak?” tanya ibu itu.
“yang di komputer nomer 18 itu, bukan bu?” aku menunjuk ke arah barisan komputer tengah.
“iya! Makasih dek”
“Lin, mau liat sinetron live gak?” bisikku.
“mana? Mana?” tanya Lina, aku menjawabnya dengan menunjuk arah kompi 18.

*PLAKK!!! Sabetan sapu mengarah ke anak itu
“BESOK SEKOLAAAH!!! Malah maen!!!” bentak ibu ibu itu.
“ngapain sih ibu tu? Baru asik nih!!”
“matiiN gak!” *plak satu sabetan lagi

Dan acara tabok menabok itu tidak berlangsung lama karena Lina langsung mematikan komputer itu langsung dari server OP, kejadian seperti itu sudah sering terjadi di net seperti ini. Sebenarnya protes dari orang tua udah banyak sekali, tapi kita yang jadi OP gak bisa berbuat apa apa. Wong kita cuma nurut dari managemennya aja.

“Lin, aku cabut dulu ya! mau ngelanjutin di kost an aja!” ucapku sambil membereskan laptop.
“ya! jangan lupa transfer gold ke ID ku yg di server Pangea!” balas Lina tanpa melihat ke arahku.
“transfer gold gigimu itu!” ucapku sambil ngeloyor minggat.

Apesnya Gw hari ini! Ban motor bocor, mana hawanya baru panas banget gini! Tadi sih mending berangkat kuliah nebeng si Eki, tapi pulangnya? Terpaksa naik bis kota dah ...
Ternyata di Jogja itu banyak orang yang punya jiwa pembalap, sayang jiwa mereka tidak tersalurkan pada tempatnya. Salah satunya supir bis yang gw tumpangin kali ini!

Buset dah, ini menurut feeling gw paling lambat kecepatannya 50km/jam. Mana jalannya rame gini, masih aja maen kebut kebutan. Waktu belok aja ampe bisnya miring 45⁰!
Beberapa saat kemudian, naiklah seseorang yang familiar untuk gw. Yaitu, Donnie! Warga negara Australia yang kuliah di ISI (Institut Seni Indonesia). kostnya cuma jarak 50 meter dari kost gw.

“hey, Don!” sapaku.
“oh, hai! Where you heading for?” jawabnya ketika dia melihatku.
“i’m going home, and you?”
“so do i! It’s a hot day isn’t it?”
“yeah! I think i can cook a sunny side up egg on the streets!”
“hahaha! I heard broke up with Sita?”
“yeah, i was too busy working”
“ah, i forgot to have a lunch! I think i’ll have lunch at McD, wanna too?”
“thanks, but i’m full now! Maybe next time!”
“ok, see ya!” Donnie bangkit dan berjalan mendekati kenek.

“ya kiri! Munyuk e arep medhun!” ucap si kenek (bahasa jawa : ya kiri! Monyetnya mau turun!)
“nuwun sewu, munyukipun badhe mandhap!” balas Donnie (bahasa jawa krama : permisi, monyetnya mau turun)
Aku cuma cekikikan mendegar itu, Donnie udah hampir 6 tahun di Jogja. Jadi dia sudah hafal seluk beluk jogja, bahkan beberapa tahun terakhir bahasa jawanya mulai lancar. Walau dia lebih sering pake bahasa inggris atau indonesia.

Ketika tiba di kost, sebagian anak anak udah pada ngumpul. Karena jumlahnya cuma 8 orang, jadi gampang absennya. mereka yang merasa laki laki pada ngumpul di teras atas yang kadang kadang sejuk itu, tapi kayaknya gak berlaku hari ini. Panasnya minta ampun soalnya ...

“beginilah kalo matahari udah buka cabang di mana mana, panasnya coy!” protes Kempung.
“setelah gw teliti selama 3 hari 3 malem, produktifitas keringat Kempung meningkat drastis ketika cuaca panas. Dari biasanya 1 ember cucian menjadi 1 tandor air ukuran 50 liter” ucap Eki tanpa dosa.
“weee... ndasmu kui!” balas Kempung misuh misuh.
“emang cuacanya gak mendukung gini ya mau gimana lagi?” timpal Andi.
“waah... anak Geografi megneluarkan ilmunya” sindir gw.
“bagh! Salah ngambil jurusan aku ini, jadinya bareng sama si Rizky lagi dah” balas Andi.
“udah berapa tahun kalian bersama Ndi?” tanya Kempung.
“bentar aku itung dulu... TK 2 tahun, SD 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 tahun, kuliah udah 2 tahun... ya kira kira udah 16 tahun lah!”
“semoga langgeng” ucap Kempung.
“ndasmu! Bosen liat dia aku!” protes Andi.
“bosen apa bosen neh?” godaku.
“ya elah nggak percaya... kamu liatin terus si kempung 2 jam aja wes! Mules langsung pasti!” Kempung kembali misuh misuh.
“wah, udah berani sama sesepuh sini ni pada” ucap kempung dengan nada mengancam.
“kalo emang terus kenapa?” balas Eki sambil berdiri.

Kempung dan Eki pun beradu mulut (bukan ciuman! Maho dong ?).
Sebenernya gak berantem beneran sih, udah kebiasaan mereka sejak Eki berteman dengan Kempung.
Kempung sendiri menurut gw adalah manusia paling santai di dunia, kenapa enggak?
Duit berlimpah, kuliah S1 udah kelar, sekarang ngambil S2, anak semata wayang lagi...
Walhasil ortunya pasti ngemanjain si kempung, ampe bodinya mirip truk pengangkut semen gitu.
Cuma penampilannya aja yang kelewatan sederhana, jadi lebih kelaiatan unsur kerenya dari pada kayanya.

Sebenernya gw dan kempung ada hubungan bilateral perdanganan, yaitu dagang burung hias jenis Cucak rawa, kacer, penthet, murai batu dan lain lain. (cuma burung bawaan yang kuasa yg gak dijual)
Cuma si Kempungnya sendiri yang gak niat jualan, contoh kasusnya gini nih ...

Suatu hari, gw dan kempung mau nge jual burung jenis Cucak rawa sepasang punya pakdhe nya si Kempung. Banderolnya lumayan, sepasang 6jt. kalo laku yg satu juta dibagi buat berdua.
Nah, kebetulan ada pembeli yang nelpon ke HPnya si kempung, niatnya mau beli tu burung. Tapi karena si Kempung masih cinta sama tu burung karena suaranya bagus, tapi berisik!
“mas, burungnya cucak rawa masih nggak?” tanya sang pembeli.
“waduh, udah di ambil om!” balas kempung.
“di ambil berapa? Padahal mau saya beli 6.5jt!” ucap pembeli itu dengan mantap.
“di ambil sama yang maha kuasa om!” pet, sambungan telpon lansung terputus.

Itu lah keunikan si kempung, si manusia paling santai di dunia.